ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DAN ANALISIS KONTSTRASTIF
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“analisis kesalahan bahasa”
Oleh:
AVINA NAILUL IZZA D07208075
LULUK NUR AINIYAH D07208044
NUR LAILI D07208054
Dosen pembimbing:
Jauharoti Alfin,S.Pd.M.Si
PRODI S-1 PGMI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Setelah sekian lama pengajaran bahasa di fokuskan pada guru memberikan pngajaran(focus on the teacher) dengan kata lain guru yang aktif,hal ini banyak menimbulkan kritik,pada saat siswa mengalami kegagalan dalam perolehan bahasa guru yang di salahkan dan perbaikan di lakukan juga pada guru,pengajaran yang benar adalah siswa yang aktif atau pengajaran berfokus pada kegiatan siswa(focus on the learner),jika siswa mengalami kegagalan dalam perolehan bahasa maka yang harus di cari adalah sebab- sebab apa yang membuat siswa tersebut gagal dn di cari solusi apa untuk mengatasinya.
Tidak bisa di pungkiri bahwasanya setiap aanak dalam proses belajar bahasa akan mengalami kesalahan, untuk itu kita sebagai calon guru yang nantinya akan memberi pengajaran bahasa pada anak didik harus memahami tentang kesalahan bahasa,bagaimana proses terjadinya,apa penyebab dari terjadinya kesalahan berbahasa sehingga nantinya kita bisa mencegah terjadinya kesalahan bahasa atau membimbing anak didik dalam proses pengajaran bahasa dengan baik sehingga tidak terjadinya kesalahan bahasa.
Selain itu juga kita harus bisa memahami tentang analisis konstranstif
B.Rumusan Masalah
- Apa pengertian analisis kesalahan berbahasa?
- Bagaimana proses terjadinya kesalahan berbahasa?
- Bagaimana pandangan terhadap kesalahan berbahasa?
- Apa pengertian analisis konstrastif?
C.Tujuan Masalah
- Agar kelompok kami dan mahasiswa yang lain bisa memahami arti dari kesalahan berbahasa
- Agar kelompok kita dan para mahasiswa yang lain bisa mengetahui bagaimana proses terjadinya kesalahan berbahasa
- Agar kelompok kita dan mahasiswa yang lain mengetahui bagaimana pandangan terhadap kesalahan berbahasa
- agar kelompok kita dan mahasiswa yang lain bisa memahami pengertian dari analisis konstrastif
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Keslahan Berbahasa Menurut :
1. H.V.George kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan (unwanted form) khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku. Dalam bukunya yang berjudul “Common Error in Language Learning[1]
- S.Piet Corder kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Si pembelajar bahasa belum menginternalisasikan kaidah bahasa (kedua) yang dipelajarinya,dalam bukunya yang berjidul Introducing Appliend Linguistics[2]
- Chrystal (dalam Pateda, 1989:32) mengatakan bahwa analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa yang sedang belajar bahasa kedua atau bahasa asing dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik.[3]
Dari 3 pendapat datas dapat di simpulkan bahwa pengertian kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Dalam bahasa sederhananya. Kesalahan berbahasa adalah : pemakaian bentuk-bentuk ucapan yang tidak sesuai atau menyimpang dari kaidah bahasa baku
Analisis kesalahan berbahasa merupakan suatu proses yang didasarkan pada analisis kesalahan siswa atau seseorang yang sedang mempelajari bahasa baik bahasa ibu (misalnya bahasa daerah),ataupun bahasa nasional (misalnya bahasa Indonesia), bisa juga bahasa asing.
Dalam lilelatur tentang pengajaran bahasa, para sarjana membedakan dua macam kesalahan berbahasa.Pit.S.Corder membedakan dua macam kesalahan yaitu
- Kesalahan berbahasa yang terjadi tidak secara sistematis dalam tutur seseorang
- Kesalahan berbahasa yang terjadi secara sisitematis pada tutur seseorang yang belajar bahasa
Berdasarkan konsep itu, Pit.S.Corder memberikan perbedaan antara mistake dan error.
Mistake adalah:penyimpangan yang di sebabkan oleh factor performance seperti keterbatasan ingatan, mengejah dalam melafal, tekanan emosional dan sebagainya.
Error adalah penyimpangan yang sistimatis dan konsisten dan menjadi cirri khas berbahasa siswa yang belajar bahasa pada tingkat tertentu [4]
B.proses terjadinya kesalahan berbahasa
Terjadinya kesalahan berbahasa paling komplek di alami pada siswa yang sedang belajar bahasa terutama belajar bahasa kedua atau kegiatan pemerolehan bahasa yang di peroleh melalui pengajaran bahasa yang bersifat formal yang berlangsung di sekolah, dapat juga berlangsung secara informal. proses terjadinya kesalahan berbahasa sangat erat hubungannya dengan proses belajar bahasa. Kesalahan berbahasa merupakan gejala yang intern dengan proses belajar bahasa.untuk itu sebelum kita memahami proses terjadinya kesalahan berbahasa, tidak ada salahnya kita mempelajari konsep-konsep belajar bahasa.
1. Proses penguasaan bahasa pertama bersifat ilmiah dan disebut pemerolehan bahasa (language acquisition). Proses penguasaan bahasa perama ini berlangsung tanpa adanya suatu perencanaan terstruktur. Bahasa di peroleh langsung melalui kehidupan sehari-hari dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.yang dalam proses ini anak tidak menyadarinya dan anak juga sadar motivasi apa yang mendorong anak itu dalam kondisi perolehan bahasa pertama Setiap anak yang normal secara fisik, psikis, dan sosiologis pasti mengalami proses pemerolehan bahasa pertama.
2. proses penguasaan bahasa kedua terjadi setelah seseorang menguasai bahasa pertama dan disebut belajar bahasa (language learning). Proses belajar bahasa kedua pada umumnya berlangsung secara terstruktur di sekolah melalui perencanaan program kegiatan belajar mengajar yang sengaja disusun untuk keperluan itu. Dalam proses ini, anak menyadari bahwa dia sedang belajar bahasa. Dia juga menyadari motivasi apa yang mendorongnya untuk menguasai bahasa kedua itu.
Perbedaan antara pemerolehan bahasa (language acquisition) dan pemerolehan bahasa (language learning) berdasarkan ada atau tidaknya kesadaran pembelajar terhadap apa yang dilakukan. Namun dalam kenyataannya, baik dalam proses penguasaan bahasa pertama maupun bahasa kedua, si pembelajar(anak) menyadari usahanya untuk mempelajari bahasa tsebenarnya perbedaan ini bersifat relatif saja. Demikian pula perbedaan penguasaan bahasa pertama dan bahasa kedua yang didasarkan pada terstruktur atau tidaknya proses belajar bahasa juga tidak selalu benar. Proses belajar bahasa juga bisa berlangsung secara alamiah. Artinya, si pembelajar belajar langsung bahasa kedua melalui kehidupan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat. Proses belajar bahasa bersifat kompleks. Proses ini sangat berkaitan dengan aspek fisik(berkaitan dengan perkembangan kematangan berbagai organ wicara) dan psikis pembelajar( proses mental yang di dalamnya berisi aktivitas psikologis).
Proses terjadinya kesalahan berbahasa erat kaitanya dengan aspek psikis dan aspek fisik.
Ada dua aliran psikologis yaitu psikologis kognitif dan psikologis behaviorisme yang mempunyai pengaruh besar dalam teori belajar bahasa
1. Menurut aliran psikologis behaviorisme
Belajar bahasa berlangsung dalam 5 tahapan
· Trial and error
· Mengingat- ingat
· Menirukan
· Mengasosiasikan
· Menanalogi
Dengan kesimpulan bahwa berbahasa pada dasarnya merupakan proses pembentukan kebiasaan [5]ahli psikologi behaviorisme mengatakan, proses belajar bahasa adalah proses yang bersifat empiris dalam jalinan hubungan antara stimulus daan respon. Belajar bahasa itu adalah belajar menguasai suatu jenis kebiasaan. Penguasaan ini akan dapat dicapai dengan memberikan latihan berulang-ulang berbagai macam pola kaidah bahasa. pengajaran bahasa berdasarkan aliran behaviorisme menekannkan pentingnya latihan-latihan secara intensif untuk menguasai bahasa. Dalam pelajaran bahasa, murid-murid “dipaksa” selama berjam-jam mengahafalkan dialog, laitahan-latihan menguasai pola serta mempelajari semua jenis generalisasi gramatika. Anggapan yang menopang pentingnya diberikan latihan-latihan pola serta menghafalkan dialog tersebut dapat kita pahami dalam ungkapan yang terkenal, yaitu practice makes perfect. [6]
dengan artian jika siswa ingin menguasai bahasa dengan baik maka siswa harus belajar dan mengulang- ulangnya atau latihan secara intensif sehingga siswa benar- benar hafal tentang generalisasi gramatika bahasa,pola kalimat,dan lain- lain.2. Menurut ahli psikologi kognitif,mengemukakan bahwasanya manusia telah memiliki kapasitas belajar bahasa yang bersifat innate.(bawaan) Kapasitas itu berada dalam struktur psikologis yang bersifat laten dalam otak manusia. Noam Chomsky menyebut kapasitas belajar bahasa itu dengan istilah Language Acquisition Device (LAD)atau alat perolehyan bahasa. Apabila seseorang belajar bahasa, kapasitas belajar bahasa dalam struktur psikologis itu akan teraktifkan.[7]
Setelah kita memahami teori- teori tentang perolehan bahasa selanjutnya kita akan mengulas tentang proses terjadinya kesalahan berbahasa, kesalahan berbahasa terjadi pada saat siswa belajar bahasa kedua,menurut psikologi kognitif , Larry Salinker dalam tulisannya yang berjudul interlanguage. Mengatakan, apabila seseorang belajar bahasa kedua, ia memusatkan perhatiannya terhadap norma bahasa yang dipelajarinya. Selama membuat seperangkat tuturan dalam bahasa kedua yang tidak sama dengan tuturan yang diperkirakan dibuat oleh penutur asli bahasa tersebut untuk menyatakan maksud yang sama dengan apa yang dinyatakan oleh tuturan si pembelajar. Karena dapat diamati bahwa dua perangkat tuturan itu tidak sama dapatlah dibuat suatu konstruk yang untuk teori belajar bahasa kedua. Konstruk itu adalah adanya sistem bahasa yang terpisah yang didasarkan atas output berwujud tuturan yang dihasilkan oleh si pembelajar dalam berusaha menghasilkan tuturan yang sesuai dengan norma bahasa kedua yang dipelarinya
.maksud dari ungkapan diatas adalah pada saat siswa belajar bahasa kedua siswa cenderung memperhtikan norma atau aturan yang ada dalam bahasa kedua namun siswa atau si pembelajar dalam proses belajar bahasa kedua tersebut masih belum bisa meninggalkan kebiasaanya bertutur dengan menggunakan bahasa pertamanya sehingga terjadilah penuturan yang campur aduk atau tidak sesuai dengan norma bahasa kedua.seperti contoh orang yang pada bahasa pertamanya mengunakan bahasa jawa pada saat belajar bahasa kedua dia ingin mengucapkan “Tidak mau” tapi keliru mengucapkannya “ndak mau”.Terjadinya bahasa yang di buat berdasarkan aturan sendiri si pembelajar oleh Larry Salinker disebut dengan interlanguage (bahasa antara). Istilah lain untuk menyebut interlanguage adalah ideosyncratic dialect (Piet Corder), approximative system (William Nemser)
Secara teoretis, unsur-unsur sistem interlanguage itu terdiri atas pembaruan antara unsur-unsur bahasa pertama dan bahasa kedua yang sedang dipelajari.
C.Berbagai pandangan terhadap kesalahan berbahasaKesalahan bahasa bisa di alami siapa saja baik itu orang dewasa yang telah menguasai bahasa atau anak- anak,maupun orang asing yang sedang mempelajari bahasa . Namun, jenis serta frekuensi kesalahan berbahasa pada anak-anak serta orang asing yang sedang mempelajari suatu bahasa berbeda dengan orang dewasa yang telah menguasai bahasanya.ada 2 sebab yang mempengaruhi perbedaan tersebut
1.Perbedaan yang bersumber dari perbedaan penguasaan kaidah-kaidah gramatika (grammatical competence)
2.Perbedaan yang bersumber dari penguasaan untuk menghasilkan atau menyusun tuturan yang sesuai dengan konteks komunikasi (comunicative competence) .[8]
Dalam dunia pengajaran bahasa, perhatian terhadap kesalahan berbahasa baru berkembang . Walaupun perhatian terhadap kesalaahan berbahasa belum begitu banyak, tetapi pikiran-pikiran tentang kaitan antara kesalahan berbahasa dengan proses belajar bahasa dengan waktu yang relatif singkat banyak mengalami perkembangan. Terbukti dengan tumbuhnya pandangan baru dalam pengajaran bahasa.
Selama dasawarsa lima puluhan dan enam puluhan, pandangan pendekatan pengajaran bahasa, yang berkembang pesat adalah pendekatan audiolingual (audiolingual approach). Pendekatan sama dengan pandangan aliran behaviourisme yang menekankan pentingnya latihan-latihan secara intensif untuk menguasai bahasa .Robert Lado dalam bukunya yang berjudul Language Teaching.mengemukakan satu prinsip pengajaran bahasa yaitu pentingnya latihan pola-pola, dan menghafalkan kalimat-kalimat percakapan dasar dalam model dialog-dialog. Dengan cara itu, kaidah-kaidah bahasa dalam berbagai pola akan menjelma menjadi kebiasaan dan kalimat-kalimat dalam berbagai dialog dapat digunakan sebagai model untuk pemakaian bahasa serta belajar bahasa lebih lanjut.[9]
Para penganut pendekatan audiolingual memandang kesalahan berbahasa dengan perspektif yang bersifat puritanistis. Misalnya:Nelson Brooks, memandang kesalahan berbahasa sebagai dosa yang harus dihindari dan pegaruhnya harus dibatasi, tetapi kehadirannya tidak dapat di hindari.untuk itu untuk menghindari kesalahan berbahasa di butuhkan waktu yang lama dalam pengajaranya sesuai dengan pendekatan audiolingual.
Perkembangan pegajaran bahasa mengalami peningkatan pesat pada pada akhir dasawarsa enam puluhan dan menginjak dasawarsa tujuh puluhan, terbukti dengan timbunya pandangan-pandangan baru terhadap proses penguasaan bahasa yang bersumber dari hasil studi ahli-ahli psikologi kognitif dan gramatika generatif transformasi. Pengajaran bahasa yang bersifat mekanistis dalam pendekatan audiolingual bergeser ke arah pengajaran bahasa yang lebih lebih manusiawi serta kurang mekanistis.yakni kegiatan berbahasa lebih ditekankan pada pembentukan kemampuan berkomunikasi daripada latihan-latihan pola dan hafalan dialog. Sehingga si pelajar mempunyai keberanian untuk berkomunikasi dengan bahasa yang dipelajarinya.Tidak hanya itu pandangan tentang kesalahan berbahasa juga mengalami perubahan,kesalahan berbahasa yang pada awalnya di anggap sebagai dosa tidak lagi di anggap sebagai dosa melainkan sebagai suatu kewajaran yang biasa,hal ini trlihat pada proses penguasaan bahasa pertama pada anak-anak. Dalam proses penguasaan bahasa pertama itu, anak-anak pasti membuat kesalahan berbahasa, tetapi kesalahan tersebut diterima oleh orang tua mereka (orang dewasa di lingkungannya).
Aliran behaviorisme memandang kesalahan berbahasa harus dihindari dan diusahakan menghilangkan pengaruhnya. Pembelajar bahasa tidak boleh menggunakan kesalahan berbahasa. Apabila terjadi kesalahan berbahasa, kesalahan itu harus secepatnya diperbaiki agar tidak menjadi kebiasaan. Apabila suatu kesalahan berbahasa terlanjur menjadi kebiasaan, perbaikan kesalahan itu akan sangat sulit dilakukan.
Aliran psikologi kognitif memandang kesalahan berbahasa adalah hal yang wajar. Seperti terlihat pada proses perolehan bahasa pertama anak- anak yang sering mengalami kesalahan tetapi kesalahan itu di terima oleh orang tua mereka sebagi suatu yang wajar terjadi.
D.Analisis konstrastifPengertian analisis konstrastif
1.Menurut James (1980, 1) analisis kontrastif merupakan salah satu cabang linguistik. Praktisi yang menekuni bidang analisis kontrastif disebut dengan “Contrastivist
. 2.Analisi kontrastif ialah suatu proses kerja yang memiliki empat langkah yakni membandingkan struktur bahasa pertama dan bahasa kedua, memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa, memilih bahan pengajaran, serta menentukan cara penyajian bahan yang tepat dalam rangka mengefesiensikan dan mengefektifkan pengajaran bahasa
[10]
3.
Secara khusus analisis kesalahan kontrastif atau lebih populer disingkat anakon adalah kegiatan memperbandingkan struktur bahasa ibu atau bahasa pertama (Bl) dengan bahasa yang diperoleh atau dipelajari sesudah bahasa ibu yang lebih dikenal dengan bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahasa tersebut.[11]Kesimpulan dari 3 pengertian di atas adalah analisis kontrastif adalah sebuah cabang ilmu bahasa yang berfungsi sebagai pembanding 2 bahasa secara sinkronis sehingga kemiripan dan perbedaan kedua bahasa (B1 dan B2) bisa terlihat dengan jelas atau bisa juga di katakan sebagai media untuk menjembatani kesulitan proses menguasai bahasa kedua yang tercampur denga bahasa pertama dengan mengkontraskan kedua sistem bahasa tersebut untuk meramalkan kesulitan- kesulitan yang terjadi.
Aspek analisis kontrastif ada dua,
1) Aspek lingistik adalah berkaitan dengan perbandingan struktur dua bahasa untuk menemukan perbedaan-perbedaannya.
2) Aspek psikologi berkaitan dengan langkah kedua yakni berdasarkan perbedaan struktur bahasa pertama dan bahasa kedua yang akan dipelajari siswa diprediksikan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa yang mungkin dihadapi oleh siswa dalam belajar bahasa kedua
Ada empat langkah kerja analisis kontrastif
1) Guru membandingkan struktur bahasa pertama dengan bahasa kedua yang akan dipelajari siswa.
2) Guru memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa.
3) Berkaitan dengan pemilihan atau penyusunan, pengurutan, dan penekanan bahan pengajaran.
4) Berkaitan dengan pemilihan cara-cara penyajian bahan pengajaran
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Proses perolehan bahasa yang di alami setiap orang ada 2 yakni bahasa prtama(B1) atau disebut denagan bahasa ibu(bahasa daerah) dan bahasa kedua(B2) atau perolehan bahasa yang di dapat melalui pendidikan baik formal maupun non formal.
Dalam proses perolehan bahasa tidak bisa di pungkiri setiap orang bisa mengalami sebuah kesalahan berbahasa baik itu di alami orang dewasa,anak- anak ataupun orang asing yang sedang belajar bahasa.Kesalahan berbahasa terjadi paling komplek pada saat setiap orang belajar bahasa kedua.
Analisis kesalahan berbahasa merupakan suatu proses yang didasarkan pada analisis kesalahan siswa atau seseorang yang sedang mempelajari bahasa baik bahasa ibu. (misalnya bahasa daerah),ataupun bahasa nasional (misalnya bahasa Indonesia), bisa juga bahasa asing.
Proses terjadinya kesalahan bahasa pada bahasa kedua di sebabkan karna trjadinya bahasa antara yakni suatu bahasa yang di ucapkan oleh si pembelajar bahasa kedua yang tidak sesuai dengan kaidah atau norma bahasa kedua.
Berbagai pandangan tentang kesalahan berbahasa sangat beragam,ada yang mengatakan bahwasanya kesalahan berbahasa sebagai dosa dan ada pula yang mengatakan kesalahan berbahasa sebagai suatu hal yang wajar.
analisis kontrastif adalah sebuah cabang ilmu bahasa yang berfungsi sebagai pembanding 2 bahasa secara sinkronis sehingga kemiripan dan perbedaan kedua bahasa (B1 dan B2) bisa terlihat dengan jelas atau bisa juga di katakan sebagai media untuk menjembatani kesulitan proses menguasai bahasa kedua yang tercampur denga bahasa pertama dengan mengkontraskan kedua sistem bahasa tersebut untuk meramalkan kesulitan- kesulitan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
http://elyhamdan.wordpress.com/2009/02/10/sekilas-analisis-kesalahan-berbahasa-indonesia/
http://massofa.wordpress.com/2008/08/23/hakekat-analisis-kontrastif/
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta
Tarigan, Djago. Sulistyaningsih, Lilis Siti. 1997/1998. Analisis Kesalahan Berbahasa
Pranowo,1996,Analisis Pengajaran Bahasa,yogyakarta:gajah mada university press.
Parera,Jos Daniel,1994,linguistic edukasional,Jakarta:PT.Gelora aksara pratama
[2] Ibid
[3] Pateda, 1989:32
[4] Pit.S.corder,1981,hal 16
[5] Pranowo,Analisis pengajaran bahasa,1996,hal.21
[6] http://gemasastrin.wordpress.com/2009/06/14/analisis-kesalahan-berbahasa
[7] Pranowo,Analisis pengajaran Bahasa,1996,hal.23
[8] http://gemasastrin.wordpress.com/2009/06/14/analisis-kesalahan-berbahasa/
[9] http://ramlannarie.blogspot.com/2010/06/anakes.html
[10] http://elyhamdan.wordpress.com/2009/02/10/sekilas-analisis-kesalahan-berbahasa-indonesia/
[11] http://massofa.wordpress.com/2008/08/23/hakekat-analisis-kontrastif/
0 komentar:
Posting Komentar