Subscribe:

Jumat, 30 September 2011

Artikel


Artikel:
Meningkatan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing

Judul: Meningkatan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing
Bahan ini cocok untuk Sekolah Dasar bagian PENELITIAN / RESEARCH.
Nama & E-mail (Penulis): Trimo, S.Pd.,M.Pd. dan Rusantiningsih
Saya Guru di Semarang
Topik: PTK
Tanggal: 8 April 2008


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi, 2004:4). Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama.

Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.

Merunut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang.

Namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang bermakna. Para pendidik masih perlu penyesuaian dengan KTSP, para guru sendiri belum siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk mendesain pembelajaran yang bermakna masih kesulitan. Sistem pembelajaran duduk tenang, mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan agak sulit.

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS di SDN Anjasmoro Semarang diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga tidak luput dari kecenderungan proses pembelajaran teacher centered. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya dikuasai guru. Apalagi pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran sarat materi sehingga siswa dituntut memiliki pemahaman yang holistik terhadap materi yang disampaikan guru.

Upaya untuk membangkitkan motivasi siswa kelas VI SDN Anjasmoro Semarang dalam pembelajaran IPS sudah dilakukan guru kelas dengan berbagai macam cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan, serta mendesain pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok. Namun demikian, hasil pembelajaran IPS pada Ulangan Harian Semester I Tahun Pelajaran 2007/2008 belum begitu memuaskan. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai IPS yang hanya 71,29 berada pada urutan ke-4 setelah Bahasa Indonesia (rata-rata 79,22), Ilmu Pengetahuan Alam (rata-rata 76,35), dan Matematika (rata-rata 74,12).

Terkait belum optimalnya hasil belajar IPS siswa kelas VI SDN Anjasmoro Semarang maka penulis berupaya untuk menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing secara kolaborasi sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: "Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Model Quantum Teaching dan Snowball Throwing Siswa Kelas VI SDN Anjasmoro Semarang".

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS materi Negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing siswa kelas VI SDN Anjasmoro Semarang?

C. Tujuan

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar IPS materi negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing siswa kelas VI SDN Anjasmoro Semarang.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian atau salah tafsir tentang makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi operasional sebagai berikut :

1. Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.

2. IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Depdiknas, 2004).

3. Quantum Teaching dan Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, baik segi fisik, mental, dan emosionalnya dengan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) yang diramu dengan kegiatan melempar pertanyaan seperti "melempar bola salju".

Jadi yang dimaksud dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS adalah upaya guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran IPS secara holistik, baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada siswa kelas VI Sekolah Dasar Anjasmoro Semarang.

BAB II

KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teoretis

1. Hasil Belajar IPS

a. Konsep Dasar Pembelajaran IPS di SD

Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada siswa. Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di samping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada siswa, yang merupakan proses belajar-mengajar dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu (B. Suryosubroto, 1997:148).

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Puskur Balitbang Depdiknas, 2003:2). Terkait dengan tujuan mata pelajaran IPS yang sedemikian fundamental maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam upaya mewujudkan pencapaian tujuan tersebut.

b. Ranah Hasil Belajar IPS

Pemerian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru dituntut untuk memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara proporsional. Horward Kingsly membagi tiga macam hasil belajar, yakni
(a) ketrampilan dan kebiasaan,
(b) pengetahuan dan pengertian,
(c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Sedangkan Gagne membagi lima hasil belajar, yakni
(a) informasi verbal, (b) keterampilan verbal, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) ketrampilan motoris.

Dalam dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instraksional, menggunakan klasikfikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah pisikmotoris (Nana Sudjana, 2002:22).

Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintensis, dan evaluasi. Ranah efektif berkenan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikmotoris,
(a) gerakan refleks,
(b) keterampilan gerakan dasar,
(c) kemampuan perseptual,
(d) keharmonisan atau ketepataan,
(e) gerakan keterampilan,
(f) gerakan ekspresif dan interpretatif.

Berdasarkan konsep di atas maka dapat diperoleh suatu pengertian bahwa hasil belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.

2. Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing

a. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Tintin Heryatin (2004) mengenai pengembangan model pembelajaran Quantum dalam mata pelajaran bahasa Inggris dalam rangka pengembangan kurikulum berbasis sekolah menyimpulkan bahwa model pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Bahasa Inggris di kelas 2 SMU, dengan hasil belajar rata-rata memuaskan dan dapat mendorong perkembangan psikologis siswa untuk lebih percaya diri dan menghargai setiap keberhasilan sekecil apapun (http://pps.upi.edu/org/abstrak thesis/abstrakpk/abstrakpk04.html).

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu di atas maka dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan hasil belajar IPS materi negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sehingga orisinilitas konsep ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Terhadap hasil-hasil penelitian yang secara variabel berhubungan akan semakin membuktikan akurasi hasil-hasil penelitian sebelumnya.

b. Konsep Dasar Quantum Teaching dan Snowball Throwing

Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Semua unsur yang menopang kesuksesan belajar harus diramu menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menciptakan suasana belajar (Bobby De Porter, 2002:89).

Secara aplikatif, pembelajaran Quantum Teaching berasaskan sistem TANDUR, yakni:

Jika dicermati, model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing bertalian erat dengan teori belajar behavioristik dan teori perkembangannya Piaget. Pandangan Behaviouristik, yang melahirkan Teori Belajar Koneksionisme dan Teori Belajar Kondisioning. Teori belajar Koneksionisme dengan tokohnya Thorndike berpendapat bahwa belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Bilamana terjadi koneksi antara R - S dan diikuti dengan keadaan yang memuaskan, maka koneksi itu menjadi lebih kuat. Sebaliknya bila koneksi, diikuti dengan keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan koneksi akan menjadi berkurang (Hilgard dan Bower dalam TIM MKDK IKIP Semarang, 1990:110).

Hal lain yang mendasari pentingnya penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001:5).

Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Adapun langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing sebagai berikut: 1) guru menyampaikan materi yang akan disajikan, 2) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, 3) masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke temannya, 4) masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di jelaskan oleh ketua kelompok, 5) kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran, 6) evaluasi, dan 7) penutup (www.puskur_balitbang_depdiknas.com).

B. Kerangka Berpikir

Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing merupakan salah satu wujud aplikasi pembelajaran bermakna dalam mata pelajaran IPS. Melalui model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing, siswa dilibatkan secara holistik baik aspek fisik, emosional, dan intelektualnya.

Serangkaian kegiatan penerapan kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing merupakan refleksi dari sistem Tandur yakni Tumbuhkan (memberikan apersepsi), Alami (memasangkan kartu kata dan mengomentari salah satu negara ), Namai (menyimpulkan materi), Demostrasikan (melakukan Snowball Throwing), Ulangi (merangkum materi dalam lagu), dan Rayakan (memberi reward). Selengkapnya dapat disimak dalam kerangka berpikir di bawah ini:

C. Hipotesis

Hipotesis adalah kalimat pernyataan penelitian yang dihasilkan dari hasil kajian teoretis dunia pustaka. Pernyataan ini merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang dikaji dalam penelitian (Purwadi Suhandini, 2000:7). Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing ada peningkatan hasil belajar IPS materi negara-negara Asia Tenggara pada siswa kelas VI SDN Anjasmoro Semarang. Adapun indikator kinerjanya adalah sebagai berikut:

1. Guru terampil mengelola proses pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing .

2. Terjadi perubahan sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS yang ditandai dengan aktivitas siswa minimal baik dalam lembar observasi.

3. 85% siswa kelas VI SDN Anjasmoro Semarang mengalami ketuntasan belajar dalam materi negara-negara Asia Tenggara.

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur penelitian tindakan kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri atas empat komponen pokok penelitian kelas yakni:
1) perencanaan (planning),
2) tindakan (acting),
3) pengamatan (observing), dan
4) refleksi (reflecting). Menurut Zainal Aqib (2007:21),

Model Kurt Lewin dapat digambarkan sebagai berikut:

A. Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) materi pokok negara-negara tetangga (Asia) dengan indikator:
(1) Mengidentifikasi berdirinya Asean (Association of South East Asia Nations),
(2) Mengidentifikasi negara-negara tetangga (Asia Tenggara). Pada pelaksanaan siklus 1 direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.

2. Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung. Sebelumnya penulis melakukan beberapa hal antara lain:

a. Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan mendengarkan cerita guru tentang latar belakang negara-negara di Asia Tenggara, dilanjutkan dengan pembentukan nama kelompok dengan nama-nama negara Asean.

b. Alami, siswa memasangkan kartu kata tokoh pendiri Asean dengan asal negaranya, kegiatan ini dilakukan secara berkelompok.

c. Namai, siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya dengan bimbingan guru.

d. Demonstrasikan, siswa melakukan Snowball Throwing dengan cara setiap kelompok menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebut dikepal menjadi bulat seperti bola. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru.. Kelompok lain berusaha menangkap bola tersebut. Kelompok yang terakhir memegang bola mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola tersebut.

e. Ulangi, guru merangkum materi dan dirangkum menjadi sebuah lagu. Lagu tersebut diadopsi dari lagu-lagu yang sudah familiar bagi siswa, kemudian dinyanyikan berulang-ulang.

f. Rayakan, kelompok yang dapat menjawab pertanyaan paling banyak dalam pembelajaran tersebut berhak mendapatkan reward berupa lagu-lagu seperti lagu "Kamu Anak Cerdas".

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi.

3. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan kepala sekolah untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran IPS yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing. Di samping itu, observasi juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS.

4. Refleksi

Setelah mengkaji hasil belajar IPS siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta menyesuaikan dengan ketercapaian indikator kinerja maka peneliti mengubah strategi pada siklus dua agar pelaksanaannya lebih efektif.

B. Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) masih materi pokok negara-negara tetangga (Asia) dengan indikator:
(1) mengidentifikasi keadaan sosial negara-negara tetangga,
(2) Membandingkan keadaan pemerintah, penduduk, ekonomi, sosial, budaya negara-negara Asia Tenggara Dalam hal ini siswa sudah mengetahui tentang anggota negara-negara Asean yang sekarang. Siklus II direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada siklus ini dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan mengamati peta negara-negara Asia Tenggara, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan kelompok dengan menggunakan nama ibukota negara-negara Asia Tenggara.

b. Alami, secara berkelompok siswa memberi komentar tentang keadaan sosial salah satu negara di Asia Tenggara.

c. Namai, siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya dengan bimbingan guru.

d. Demonstrasikan, siswa melakukan Snowball Throwing, setiap kelompok menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebut digulung dimasukkan ke dalam bola yang di belah kemudian di tutup dengan isolatif. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru. Kelompok lain berusaha menangkap bola tersebut. Siswa yang terakhir memegang bola mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola tersebut.

e. Ulangi, siswa merangkum materi dalam bentuk lagu dengan bimbingan guru kemudian dinyanyikan berulang-ulang.

f. Rayakan, kelompok yang tergiat dalam pembelajaran tersebut berhak mendapatkan reward berupa tepuk, misalnya dengan tepuk The Best.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi

3. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan kepala sekolah untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran IPS yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing. Di samping itu, observasi juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS.

4. Refleksi Setelah mengkaji hasil belajar IPS siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru maka peneliti mengecek apakah indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya sudah tercapai. Bila belum tercapai maka peneliti tetap melanjutkan siklus berikut, dan seterusnya sampai mencapai indikator kinerja.

C. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif (Supardi, 2006:131). Terhadap perolehan hasil belajar IPS dianalisis secara kuantitatif dengan memberikan nilai pada hasil belajar siswa. Data-data tersebut dianalisis mulai dari siklus satu dan siklus dua untuk dibandingkan dengan teknik deskriptif presentase. Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria deskriptif prosentase, yang dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang sebagai berikut:

Tabel 3.1: Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Prosentase

Kriteria Nilai Penafsiran
Baik Sekali 86 - 100 Hasil belajar baik sekali
Baik 71 - 85 Hasil belajar baik
Cukup 56 - 70 Hasil belajar cukup
Kurang 41 - 55 Hasil belajar kurang
Sangat Kurang < 40 Hasil belajar sangat kurang

(Depdiknas, 2002:4)
Hasil observasi dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Telah diketahui bahwa subjek penelitian berjumlaah 42 siswa. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus, yakni siklus I (pada tanggal 20 dan 27 Agustus 2007) dan siklus II (pada tanggal 3 dan 10 September 2007). Berikut disajikan paparan hasil penelitian yang terdiri atas hasil belajar IPS melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dan hasil observasi terhadap proses pembelajaran.

A. Hasil Penelitian

Siklus I

1. Paparan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan data hasil penelitian siklus I mengenai hasil belajar IPS materi negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 100, nilai terendah sebesar 50, dan rata-rata hasil belajar IPS sebesar 81,90. selengkapnya dapat dibaca pada tabel distribusi frekuensi bergolong sesuai dengan kategori hasil belajar IPS sebagai berikut:

Tabel 4.1 Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar IPS Siklus I

Interval Frekuensi Persentase Kategori
86-100 18 43% Baik Sekali
71-85 14 33% Baik
56-70 7 17% Cukup
41-45 3 7% Kurang
< 40 0 0% Sangat Kurang
Jumlah 42 100%

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing, 43% siswa berada pada kategori baik sekali, 33% baik, 17% cukup, dan 7% kurang. Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik batang berikut ini:

Adapun rata-rata hasil belajar IPS Siklus I melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing sebesar 81,90 dan ketuntasan individual baru mencapai 76,19%. Potret pembelajaran IPS belum mencapai tujuan yang diharapkan guru yang tertuang dalam indikator kinerja > 85% dari jumlah siswa dalam kelas telah mencapai ketuntasan belajar individual, sehingga perlu dilaksanakan siklus II.

2. Observasi Proses Pembelajaran IPS

Hasil observassi pada siklus I diperoleh gambaran tentang sikap dan perilaku siswa perihal kesungguhan siswa. Perhatian siswa mulai terpusat pada pelajaran walauupun belum maksimal. Sedangkan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran IPS mulai meningkat. Siswa lebih bersemangat jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum model Quantum Teaching dan Snowball Throwing diterapkan.

Kemajuan siswa juga terlihat dalam hal keberanian siswa ketika mengemukakan pendapat. Siswa mulai berani mengemukakan pendapatnya, hal ini terlihat dari keaktifan siswa bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Siswa juga tidak malu lagi menjawab pertanyaan, setiap siswa selalu berusaha menjawab pertanyaan dengan benar tanpa malu-malu lagi. Keberanian siswa juga semakin terlihat ketika harus tampil di depan kelas, mereka berani tampil memimpin lagu atau pun menyanyi rangkuman materi di depan kelas.

Perilaku lain yang menujukkan peningkatan yaitu dalam hal ketepatan. Tugas yang diberikan kepada siswa dapat diselesaikan dengan baik walaupun belum semuanya dapat diselesaikan tepat waktu. Hal lain yang meningkat yaitu kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan. Selain itu dalam membuat pertanyaan, siswa mampu membuat pertanyaan sesuai materi yang sedang dipelajari. Siswa belum dapat menyelesaikan tugas lebih awal dari waktu yang ditentukan. Hal ini lantaran siswa belum terbiasa menyelesaikan tugas dengan cepat. Namun kemampuan menjawab pertanyaan ada peningkatan. Siswa dapat menjawab pertanyaan secara cepat dan tepat.

Dari sudut guru kemampuan mengajar guru mulai ada peningkatan walaupun belum signifikan. Guru sudah mulai mengelola ruang, fasilitas, strategi, interaksi dengan siswa, dan evaluasi dengan baik. Namun untuk pengelolaan waktu masih belum dapat terlaksana dengan efektif, karena guru belum terbiasa menggunakan model pembelajaran secara kolaborasi. Kesan umum guru dalam mengajar masih sedikit kaku, kurang luwes dan belum terlalu peka terhadap kondisi siswa.

Siklus II

1. Paparan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan data hasil penelitian siklus II mengenai hasil belajar IPS materi negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 100, nilai terendah sebesar 65. selengkapnya dapat dibaca pada tabel distribusi frekuensi bergolong sesuai dengan kategori hasil belajar IPS sebagai berikut:

Tabel 4.2 Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar IPS Siklus II

Interval Frekuensi Persentase Kategori

86-100 23 55% Baik Sekali
71-85 15 36% Baik
56-70 4 9% Cukup
41-45 0 0% Kurang
< 40 0 0% Sangat Kurang
Jumlah 42 100%

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing, 55% siswa berada pada kategori baik sekali, 36% baik, dan 9% cukup. Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik batang berikut ini:

Adapun rata-rata hasil belajar IPS Siklus II melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing sebesar 87,62 dan ketuntasan individual mencapai 90,48%. Potret pembelajaran IPS sudah mencapai tujuan yang tertuang dalam indikator kinerja yakni > 85% dari jumlah siswa dalam kelas telah mencapai ketuntasan belajar individual, sehingga penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil, dan tidak perlu mengadakan siklus berikutnya.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tinndakan penelitian yang menyatakan : "Dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing, ada peningkatan hasil belajar IPS materi negara-negara Asia Tenggara pada siswa kelas VI SDN Anjasmoro Semarang", berarti diterima kebenarannya.

2. Observasi Proses Pembelajaran IPS

Hasil observasi siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran IPS lebih meningkat. Perhatian siswa secara penuh tertuju pada materi pelajaran IPS. Semangat siswa lebih meningkat, semua siswa mengikuti pelajaran dengan penuh semangat, tidak ada yang malas atau kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran IPS.

Keberanian siswa mebgemukakan pendapat juga semakin meningkat. Siswa sudah berani mengungkapkan pendapat, mengomentari suatu hal atau pun mengungkapkan ide-idenya. Keberanian lain yang juga semakin meningkat yaitu keberaniannya menjawab pertanyaan. Mereka berlomba-lomba untuk memperoleh pertanyaan dan menjawabnya. Peningkatan juga terlihat pada kemampuan siswa untuk tampil di kelas. Masing-masing siswa berusaha tampil dengan sebaik-baiknya.

Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi di aspek ketepatan. Rata-rata siswa di kelas mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Mereka juga mampu menyelesaikan tugas tepat waktu. Selain itu siswa juga lebih mampu membuat pertanyaan yang bagus yang mudah dipahami dan sesuai dengan materi.

Aspek kecepatan siswa juga mengalami peningkatan. Siswa dapat menyelesaikan tugas lebih awal. Kecepatan juga terlihat saat siswa menjawab pertanyan. Siswa dapat menjawab pertanyaan dengan cepat dan tepat. Sehinga pelajaran dapat berlangsung dengan lancar, aktif, kreatif, bermakna, dan menyenangkan

Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi pada guru sebagai fasilitator pembelajaran. Kualitas guru dalam mengajar lebih meningkat dibandingkan siklus sebelumnya. Guru lebih tenang, dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, terkesan luwes, dan dapat menguasai kelas, mengelola ruang, menggunakan model pembelajaran, dan strategi dengan tepat. Hal yang lebih menggembirakan lagi guru terkesan lebih kreatif, lebih bergairah mengajar, membawa suasana kelas menjadi menjadi segar.

Dengan suasana kelas yang demikian ternyata siswa lebih mudaah memahami materi pelajaran. Hasil belajar siswa meningkat dan kualitas guru dalam mengajar juga meningkat. Sehingga tidak aneh lagi jika anatara guru dan siswa terjalin hubungan yang dinamis, harmonis, dan menyenangkan.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPS materi Negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model Quantum Teaching dan Snowball Thorwing. Hal tersebut diindikasikan dari perolehan rata-rata siklus I (81,90) dan siklus II (87,62). Sedangkan pencapaian ketuntasan belajar individu pada siklus I sebesar 76,19% dan siklus II sebesar 90,48% sehingga indikator kinerja penelitian tindakan kelas ini seleai pada siklus II.

Terjadinya hipotesis tindakan dalam penelitian ini membuktikan bahwa penerapan kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Thorwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Disampik aspek kognitif siswa, penerapan model tersebut juga mampu meningkatkan aspek afektif dan psikomotor. Aspek afektif yang tampak yakni kesungguhan, keberanian, sementara aspek psikomotor dapat dilihat dari kecepatan dan ketepatan siswa menyelesaikan serangkai tugas.

Hal tersebut dengan pendapat Nana Sudjana (2002) bahwa dalam pembelajaran terdapat tiga ranah yang menjadi fokus peningkatan kualitas pembelajaran yakni ranah kognitif, ranah efektif,dan ranah psikomotoris. Dengan demikian hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan rujukan oleh peneliti lain yang hendak menelaah dan menindakkritisi sebagai fenomena aktual bidak pendidikan kususnya dalam hal inovasi pembelajaran.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik simpulan bahwa dalam melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi negara-negara Asia tenggara pada siswa kelas VI SD Anjasmoro Semarang. Hal tersebut ditadai dari ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dan adanya peningkatan rata-rata hasil IPS dari siklus I sebesar 81,90 dan 87,62 pada siklus II. Sedangkan untuk pencapaian ketuntasan belajar individual, siklus I sebesar 76,19% dan siklus II sebesar 90,48%.

Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terlihat semakin meningkat dari rata-rata sedang menjadi baik bahkan baik sekali. Demikian juga aktifitas guru semakin meningkat yakni mampu mengelola proses pembelajaran IPS lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Para guru sekolah dasar, hendaknya lebih memiliki kmitmen yang tinggi dalam menjalankan tugasnya dengan melaksanakan tugas pokok secara profesional, mengkaji dan menerapkan berbagai inovasi pembelajaran secara variatif sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS.

2. Para kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, hendaknya lebih mengintensifikiasikan perannya sebagai supervisor agar guru sekolah dasar memiliki motivasi dalam menerapkan model-model pembelajaran yang bermakna. Selebihnya, pemberian kesmpatan untuk mengikuti penataran, bintek, workshop, dan sejenisnya kepada guru perlu mendapat perhatian

DAFTAR PUSTAKA

Bobbi DePorter. 2002. Quantum Teaching. Boston: Allyn Bacon.

B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

.... 2002. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kelas di SD, SDLB, SLB Tingkat Dasar, dan MI. Jakarta: Depdiknas.

.............2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas.

Indra Jati Sidi. 2004. Pelayanan Profesional, Kegiatan Belajar-Mengajar yang Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwadi Suhandini. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES.

Puskur Balitbang Depdiknas. 2003. Model-model Pembelajaran Efektif. (www.puskur_balitbang_depdiknas.com).upadate 28 Agustus 2007.

Supardi, Suharsimi Arikunto, Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yakarta: Bumi Aksara.

Tim MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.

Tintin Heryatin. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Quantum dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Rangka Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah. Hasil Penelitian. (http://pps.upi.edu/org/ abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk04.html). update 28 Agustus 2007.

Zainal Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Saya Trimo, S.Pd.,M.Pd. dan Rusantiningsih setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .
CATATAN:
Artikel-artikel yang muncul di sini akan tetap di pertanggungjawabkan oleh penulis-penulis artikel masing-masing dan belum tentu mencerminkan sikap, pendapat atau kepercayaan Pendidikan Network.

0 komentar:

Posting Komentar